Selamat datang Donald Trump, presiden AS terpilih
Selama ini tidak ada yang menyangka jika calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) Donald Trum bisa terpilih menjadi presiden AS. Dunia seperti dibuat terkejut, Trump mengalahkan Hilary Clinton yang semula diunggulkan untuk memimpin Negeri Paman Sam. / iST
NEW YORK - Selama ini tidak ada yang menyangka jika calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) Donald Trum bisa terpilih menjadi presiden AS. Dunia seperti dibuat terkejut, Trump mengalahkan Hilary Clinton yang semula diunggulkan untuk memimpin Negeri Paman Sam.
Memang, sebelumnya tidak ada pengamat politik maupun lembaga survei yang memprediksi kemenangan spektakuler biliuner kontroversial itu. Capres Partai Republik itu telah mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat, Mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.
Kemenangan Trump dipastikan Rabu 9 November 2016, pukul 03.00 dini hari waktu bagian timur AS.
Sejumlah lembaga survei memproyeksikan kemenangan Trump di negara bagian Wisconsin yang memberikan 270 electoral votes yang diperlukan Trump untuk menjadi penghuni baru Gedung Putih.
Aroma kemenangan pebisnis yang lahir 14 Juni 1946 ini sudah mulai tercium setelah ia tanpa terduga menghancurkan benteng pertahanan “Blue Firewall” Hillary.
Trump membuat shock pendukung Hillary dengan meraih kemenangan meyakinkan di Wisconsin dan Pennsylvania yang selalu memilih capres Demokrat sejak pilpres 1988.
Revolusi Rust Belt untuk Kemenangan Trump menjadi simbol terjadinya Revolusi Pekerja Berkerah Biru (Blue Collar) ironisnya berbasis di “Blue Firewall” milik Hillary yaitu di Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan.
Negara bagian yang sering disebut “Rust Belt States” ini didominasi pemilih berkulit putih berkerah biru yang kebanyakan tidak berpendidikan ke jenjang universitas.
Pemilih ini adalah pemilih kelas pekerja yang terpikat retorik populis Trump yang mengecam globalisasi dan perdagangan bebas. Faktor itu yang diyakini mengakibatkan mereka kehilangan pekerjaan terutama di sektor manufaktur yang dialihdayakan ke luar AS. Demografi pemilih ini kebanyakan tinggal di kota kecil dan daerah pertanian.
Kemenangan Trump juga menjadi simbol kemarahan rakyat AS terhadap elite politik di Washington DC yang dinilai tidak peka terhadap kesulitan ekonomi yang dihadapi mereka.
Rakyat menyuarakan frustasinya terhadap para politisi dari kedua partai baik Demokrat maupun Republik yang terus berseteru tanpa henti menimbulkan gridlock di pemerintahan.
Sosok Trump dengan status outsider-nya sebagai seorang pebisnis sukses tanpa latar belakang politik dinilai sebagai wajah baru yang berbeda dengan politisi di Washington.
Jalan terjal Hillary sudah mulai terasa setelah kekalahan yang dideritanya di sejumlah swing state krusial Florida, Iowa, Ohio, dan North Carolina. Selain itu, ia juga kesulitan meraih kemenangan di Virginia, yang sebelumnya selalu memimpin jauh dalam survei.
Hillary akhirnya menang, namun sangat tipis. Hasil tipis ini merupakan mimpi buruk kekalahannya sudah di depan mata. Setelah 40 tahun menjadi wajah politik AS, mulai dari Ibu Negara hingga Menteri Luar Negeri, kekalahan ini menandai berakhirnya karier politiknya.
Sebelumnya, ia juga dikalahkan Barack Obama di pemilihan pendahuluan (primary) di 2008. Hillary sendiri telah menelepon Trump menyampaikan ucapan selamat dan mengakui kekalahannya. Ia tidak dijadwalkan untuk menyampaikan pidato kekalahannya di Jacob K. Javits Center yang terletak di Manhattan, New York.
Sementara itu, Trump telah menyampaikan pidato kemenangannya di Hotel Hilton, yang juga berlokasi di New York. Kemenangan ini berarti ia mengukir dua sejarah sebagai orang pertama tanpa pengalaman politik apapun yang diberi mandat sebagai presiden.
Trump yang kini berusia 70 tahun juga akan menjadi presiden tertua dalam sejarah, menumbangkan rekor Ronald Reagan yang disumpah pada umur 69 tahun.
Sumber : Makassar Terkini